Jumat, 17 Februari 2017

Cerpen: Aku?

 
             Aku mempunyai seorang sahabat, dia selalu ada didekatku kapanpun aku membutuhkannya, namanya Maya. Dia yang selalu menjagaku dari orang-orang yang berusaha mencelakaiku. Dia menyingkirkan semua orang yang menyakitiku. Dia melakukan segalanya untukku.
            Namun, suatu hari... hari itu adalah hari sabtu, entah sabtu yang mana. Aku bertemu dengan seorang teman lama dari SMA, Fakih namanya, sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Fakih dulunya adalah orang yang sempat aku sukai, namun dia mengacuhkanku dan malah menjadi kekasih sahabatku sendiri, yaitu Dara. Sakit? tidak. Itu untuk Dara sahabatku, aku rela melakukan apapun untuk sahabatku. Namun hari itu, Fakih datang padaku dan bercerita bahwa ia telah putus dengan Dara. Alasannya karena sahabatku itu tidak mau tidur dengannya. WHAT? Laki-laki macam apa dia ini? Seketika darahku naik, aku tidak menyangka bahwa dia bisa berfikir serendah itu. Aku mengepalkan tanganku, menahan emosi yang meluap-luap dari ubun-ubunku. Fakih mengatakan bahwa mereka sudah bertunangan, jadi mau melakukan itu sebelum atau sesudah menikah akan sama saja. Jelas beda! Dia mengatakannya dengan santai, seperti bukan kesalahanlah yang ia ucapkan. Aku dan Dara dulu, adalah sahabat dekat dan aku tahu bahwa Dara tidak mungkin mau melakukan hubungan diluar nikah. Begitupun aku! Daripada aku tidak bisa menahan emosi lagi, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri pertemuan kami hari itu.
            Beberapa waktu setelah itu Fakih menelponku dan memintaku bertemu dengannya. Saat itu aku bersama Maya sahabatku. Maya mengatakan temui saja Fakih, Maya akan mengikuti. Akhirnya akupun menyetujuinya. Aku dan Maya pergi ke tempat aku dan Fakih janji bertemu. Sebuah klub malam. Aku tahu apa yang dipikirkan Fakih, namun aku percaya Maya akan melindungiku.
            Di dalam klub malam tersebut aku diberi sebuah minuman, air putih sepertinya. Namun setelah beberapa lama aku merasa pusing dan tidak sadarkan diri.
            Pagi harinya aku terbangun di sebuah kamar, dan aku terkejut melihat darah yang berceceran disekitar tempatku tidur. Ada jejak darah menuju ke kamar mandi, karena penasaran aku mengikuti jejak darah tersebut. Perlahan ku buka kamar mandi itu dan alangkah terkejutnya aku melihat mayat Fakih termutilasi. Karena terkejut aku berjalan mundur dan terjatuh. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku. Maya berdiri sambil memegang pisau berlumuran darah, wajahnya kusut penuh darah, namun aku yakin itu bukan darahnya.
            "Aku telah menyingkirkan satu orang lagi yang telah menyakitimu." Katanya.
            Maya menghilang, dan aku tersenyum sangat senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar