Aku
mempunyai seorang sahabat, dia selalu ada didekatku kapanpun aku
membutuhkannya, namanya Maya. Dia yang selalu menjagaku dari orang-orang yang
berusaha mencelakaiku. Dia menyingkirkan semua orang yang menyakitiku. Dia
melakukan segalanya untukku.
Namun, suatu
hari... hari itu adalah hari sabtu, entah sabtu yang mana. Aku bertemu dengan
seorang teman lama dari SMA, Fakih namanya, sudah lama aku tidak bertemu
dengannya. Fakih dulunya adalah orang yang sempat aku sukai, namun dia
mengacuhkanku dan malah menjadi kekasih sahabatku sendiri, yaitu Dara. Sakit?
tidak. Itu untuk Dara sahabatku, aku rela melakukan apapun untuk sahabatku.
Namun hari itu, Fakih datang padaku dan bercerita bahwa ia telah putus dengan
Dara. Alasannya karena sahabatku itu tidak mau tidur dengannya. WHAT? Laki-laki
macam apa dia ini? Seketika darahku naik, aku tidak menyangka bahwa dia bisa
berfikir serendah itu. Aku mengepalkan tanganku, menahan emosi yang meluap-luap
dari ubun-ubunku. Fakih mengatakan bahwa mereka sudah bertunangan, jadi mau
melakukan itu sebelum atau sesudah menikah akan sama saja. Jelas beda! Dia
mengatakannya dengan santai, seperti bukan kesalahanlah yang ia ucapkan. Aku
dan Dara dulu, adalah sahabat dekat dan aku tahu bahwa Dara tidak mungkin mau
melakukan hubungan diluar nikah. Begitupun aku! Daripada aku tidak bisa menahan
emosi lagi, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri pertemuan kami hari itu.
Beberapa waktu
setelah itu Fakih menelponku dan memintaku bertemu dengannya. Saat itu aku
bersama Maya sahabatku. Maya mengatakan temui saja Fakih, Maya akan mengikuti.
Akhirnya akupun menyetujuinya. Aku dan Maya pergi ke tempat aku dan Fakih janji
bertemu. Sebuah klub malam. Aku tahu apa yang dipikirkan Fakih, namun aku
percaya Maya akan melindungiku.
Di dalam klub
malam tersebut aku diberi sebuah minuman, air putih sepertinya. Namun setelah
beberapa lama aku merasa pusing dan tidak sadarkan diri.
Pagi harinya aku
terbangun di sebuah kamar, dan aku terkejut melihat darah yang berceceran
disekitar tempatku tidur. Ada jejak darah menuju ke kamar mandi, karena
penasaran aku mengikuti jejak darah tersebut. Perlahan ku buka kamar mandi itu
dan alangkah terkejutnya aku melihat mayat Fakih termutilasi. Karena terkejut
aku berjalan mundur dan terjatuh. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku.
Maya berdiri sambil memegang pisau berlumuran darah, wajahnya kusut penuh
darah, namun aku yakin itu bukan darahnya.
"Aku telah
menyingkirkan satu orang lagi yang telah menyakitimu." Katanya.
Maya menghilang,
dan aku tersenyum sangat senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar